Senyawa kompleks
Salah satu sifat unsur transisi adalah
mempunyai kecenderungan untuk membentuk ion kompleks atau senyawa kompleks.
Ion-ion dari unsur logam transisi memiliki orbital-orbital kosong yang dapat
menerima pasangan elektron pada pembentukan ikatan dengan molekul atau
anion tertentu membentuk ion kompleks
Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat
dikelilingi anion-anion atau molekul-molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion
logam pusat disebut ion pusat atau atom pusat. Anion atau molekul yang
mengelilingi ion pusat disebut ligan. Banyaknya ikatan koordinasi antara ion
pusat dan ligan disebut bilangan koordinasi. Ion pusat merupakan ion unsur
transisi, dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligan. Pasangan elektron
bebas dari ligan menempati orbital-orbital kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan
4d pada ion pusat.Ligan adalah molekul atau ion yang dapat menyumbangkan pasangan
elektron bebas kepada ion pusat. Ligan ada yang netral dan bermuatan negatif
atau positif. Pemberian nama pada ligan disesuaikan dengan jenis ligannya. Bila
ada dua macam ligan atau lebih maka diurutkan menurut abjad.
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang
tersusun dari suatu ion logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang
menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam pusat. Donasi
pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen
koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi.
Senyawa-senyawa kompleks memiliki bilangan koordinasi dan struktur
bermacam-macam. Mulai dari bilangan koordinasi dua sampai delapan dengan
struktur linear, tetrahedral, segiempat planar, trigonal bipiramidal dan oktahedral.
Namun kenyataan menunjukkan bilangan koordinasi yang banyak dijumpai adalah
enam dengan struktur pada umumnya oktahedral.
Dalam pelaksanaan analisis anorganik
kualitatif banyak digunakan reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukan senyawa
kompleks. Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat
dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Atom pusat
ini ditandai oleh bilangan koordinasi yaitu angka bulat yang menunjukan jumlah
ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengn satu atom
pusat. Pada kebanyakan kasus, bilangan koordinasi adalah 6, (seperti dalam
kasus Fe2+, Fe3+, Zn2+, Cr3+, Co3+, Ni2+,Cd2+) kadang-kadang 4(Cu2+, Cu+,
Pt2+), tetapi bilangan 2 (Ag+)dan 8 (beberapa iondari golongan platinum) juga
terdapat.
Ion bebas tidak terdapat di dalam larutan
yang encer, sehingga semua ion terlarut dan kemungkinan semua molekul terlarut
senantiasa dikelilingi oleh molekul air. Ion-ion juga saling berinteraksi
sepanjang jarak-jarak tertentu. Konsep aktivitas (activity) berkaitan
dengan interaksi elektrostatik jarak jauh (long-range electrostatic atau
>5Å) antar ion-ion, sedangkan interaksi ion-ion dalam jarak pendek
(short-range electrostatic) disebut sebagai ion kompleks atau pasangan
ion (<5Å).
Ion dan molekul yang berinteraksi dalam jarak
pendek akan membentuk ikatan dan kehilangan masing-masing identitasnya dengan
membentuk kompleks ion atau ion pasangan. Sebagai contoh: ion Fe(H2O)63+
dan Al(H2O)63+ , molekul air terikat secara
kuat pada ion pusatnya dan karakteristik kimianya berubah, yaitu jauh lebih
mudah melepas H+ daripada tanpa Fe3+ dan Al3+ sebagai
pusation.
Ion kompleks biasanya didefinisikan sebagai
kombinasi antara kation pusat dengan satu atau lebih ligan. Ligan adalah sebarang
ion atau molekul dalam koordinasi dari ion sentral, misalnya H2O
pada contoh di atas. Tetapi seringkali air diabaikan di dalam ion
kompleks sehingga pengertian ion kompleks kadang-kadang terbatas untuk selain
air. Ligan lainnya melakukan penetrasi solvation sphere atau hydration
sphere bagian dalam (inner) dari ion pusat dan menggantikan satu atau
lebih molekul air bagian dalam. Sebaliknya, pasangan ion merupakan pengikatan
ligan di luar dari solvation sphere bagian dalam, sehingga apabila terpisah, ion
yang terhidrasi akan bergabung secara elektrostatik dan berlaku seolah unit
tunggal sepanjang interval waktu yang lama. Ion kompleks dan pasangan ion
adalah identik dengan inner complexes dan outer complexes. Banyak
dari alkali bumi dan cation logam transisi dalam larutan tanah berada di
dalam bentuk ion kompleks dan pasangan ion.
Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia disekitar atom atau ion pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi, yang masing-masingnya dapat dihuni satu ligan (monodentat). Susunan logam-logam sekitar ion pusat adalah simetris. Jadi, suatu kompleks dengan atom pusat dengan bilangan koordinasi 6, terdiri dari ion pusat, dipusat suatu octahedron, sedangkan keenam ligannya menempati ruang-ruang yang dinyatakan oleh sudut-sudut octahedron. Bilangan koordinasi 4 biasanya menunjukkan susunan simetrisyang berbentuk tetrahedron meskipun susunannya datar dimana ion pusat berada dipusat suatu bujur sangkar dan keempat ionnya menempati keempat sudut bujursangkar itu. Ion-ion dan molekul-molekul anorganika sederhana seperti NH3, CN-, Cl-, H2Omembentuk ligan modentat yaitu suatu ion atau molekul menempati salahsatu ruang yang tersedia dalam ion pusat dalam bulatan koordinasi, tetapi ligan bidentat, (seperti ion dipiridil), tridentat dan tetradentat juga banyak dikenal. Senyawa kompleksyang terdiri dari ligan-ligan polidentat sering disebut sepit (chelate).
Rumus dan nama beberapa ion senyawa kompleks adalah sebagai berikut:
[Fe(CN)6]4-heksasianoferat(II)
[Fe(CN)6]3-heksasianoferat(III)
[Cu(NH3)4]2-tetraaminatembaga(II)
[Cu(CN)4]3-tetrasianokuprat(I)
Dari contoh-contoh diatas, kaidah-kaidah tatanama tampak jelas. Atom pusat diikuti dengan rumus ligan dengan bilangan indeks stoikiometri. Rumus ini ditaruh antara tanda kurung siku-siku, dan muatan ionnya ditunjukkan diluar tanda kurung menurut cara biasa. Bila menyatakan konsentrasi kompleks akan dipakai tanda kurung tipe{} untuk memnghindari kekacauan. Dalam nama ionnya mula-mula jumlah ligan lalu nama ligan lalu diikuti namaatom pusat serta bilangan oksidasinya.
G.N Lewis, ketika menguraikan teorinya tentang ikatan kimia yang didasarkan atas pembentukan pasangan electron, menerangkan tentang pembentukan senyawa kompleks terjadi karena penyumbangan pasangan electron seluruhnya oleh suatuatom ligan kepada atom pusat. Apa yang disebut ikatan datif ini kadang-kadang dinyatakan dengan anak panah ynag menunjukan arah penyumbanganelectron.
Teorimedan ligan yang menyatakan pembentukan senyawa kompleks atas dasarmedan elektrostatik yang diciptakan oleh ligan-ligan koordinasi sekeliling bulatan sebelah dalamdari atom pusat.Medan ligan menyebabkan penguraian tingkat energi orbital orbital d atom pusat, uang lalu menghasilkan energi untuk menstabilkan kompleks itu(energi stabilisasimedan ligan). Muatan suatu ion kompleks merupakan jumlah muatan ion-ion yang membentuk kompleks itu
Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia disekitar atom atau ion pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi, yang masing-masingnya dapat dihuni satu ligan (monodentat). Susunan logam-logam sekitar ion pusat adalah simetris. Jadi, suatu kompleks dengan atom pusat dengan bilangan koordinasi 6, terdiri dari ion pusat, dipusat suatu octahedron, sedangkan keenam ligannya menempati ruang-ruang yang dinyatakan oleh sudut-sudut octahedron. Bilangan koordinasi 4 biasanya menunjukkan susunan simetrisyang berbentuk tetrahedron meskipun susunannya datar dimana ion pusat berada dipusat suatu bujur sangkar dan keempat ionnya menempati keempat sudut bujursangkar itu. Ion-ion dan molekul-molekul anorganika sederhana seperti NH3, CN-, Cl-, H2Omembentuk ligan modentat yaitu suatu ion atau molekul menempati salahsatu ruang yang tersedia dalam ion pusat dalam bulatan koordinasi, tetapi ligan bidentat, (seperti ion dipiridil), tridentat dan tetradentat juga banyak dikenal. Senyawa kompleksyang terdiri dari ligan-ligan polidentat sering disebut sepit (chelate).
Rumus dan nama beberapa ion senyawa kompleks adalah sebagai berikut:
[Fe(CN)6]4-heksasianoferat(II)
[Fe(CN)6]3-heksasianoferat(III)
[Cu(NH3)4]2-tetraaminatembaga(II)
[Cu(CN)4]3-tetrasianokuprat(I)
Dari contoh-contoh diatas, kaidah-kaidah tatanama tampak jelas. Atom pusat diikuti dengan rumus ligan dengan bilangan indeks stoikiometri. Rumus ini ditaruh antara tanda kurung siku-siku, dan muatan ionnya ditunjukkan diluar tanda kurung menurut cara biasa. Bila menyatakan konsentrasi kompleks akan dipakai tanda kurung tipe{} untuk memnghindari kekacauan. Dalam nama ionnya mula-mula jumlah ligan lalu nama ligan lalu diikuti namaatom pusat serta bilangan oksidasinya.
G.N Lewis, ketika menguraikan teorinya tentang ikatan kimia yang didasarkan atas pembentukan pasangan electron, menerangkan tentang pembentukan senyawa kompleks terjadi karena penyumbangan pasangan electron seluruhnya oleh suatuatom ligan kepada atom pusat. Apa yang disebut ikatan datif ini kadang-kadang dinyatakan dengan anak panah ynag menunjukan arah penyumbanganelectron.
Teorimedan ligan yang menyatakan pembentukan senyawa kompleks atas dasarmedan elektrostatik yang diciptakan oleh ligan-ligan koordinasi sekeliling bulatan sebelah dalamdari atom pusat.Medan ligan menyebabkan penguraian tingkat energi orbital orbital d atom pusat, uang lalu menghasilkan energi untuk menstabilkan kompleks itu(energi stabilisasimedan ligan). Muatan suatu ion kompleks merupakan jumlah muatan ion-ion yang membentuk kompleks itu
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang
tersusun dari suatu ion logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang
menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam pusat. Donasi
pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen
koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi.
Senyawa-senyawa kompleks memiliki bilangan koordinasi dan struktur bermacam-macam.
Mulai dari bilangan koordinasi dua sampai delapan dengan struktur linear,
tetrahedral, segiempat planar, trigonal bipiramidal dan oktahedral. Namun
kenyataan menunjukkan bilangan koordinasi yang banyak dijumpai adalah enam
dengan struktur pada umumnya oktahedral.
Ion kompleks dalam larutan terbentuk secara
bertahap. Pembentukan kompleks oktahedral satu ion logam dalam pelarut
air dengan suatu ligan berlangsung melalui mekanisme reaksi substitusi.
Reaksi substitusi ion logam dengan masing-masing ligan monodentat,
bidentat atau tridentat berturut-turut terdiri dari enam, tiga dan dua
tahap. Sebagai contoh, ion logam dalam pelarut air membentuk kompleks
[M(H2O)6]n+. Pada saat ke dalam
larutan ditambahkan ligan monodentat tidak bermuatan maka terjadi reaksi:
[M(H2O)6]n+
+
L
® [M(H2O)5L]n+
+ H2O
Reaksi tersebut terus berlangsung hingga
keenam H2O tersubstitusi dan dihasilkan kompleks [ML6]n+.
Apabila ligan yang ditambahkan merupakan ligan bidentat maka reaksi terdiri dari
tiga tahap. Pada setiap tahap dua molekul H2O disubstitusi
oleh satu ligan bidentat hingga pada akhir reaksi diperoleh kompleks [ML3]n+.
Kompleks dengan satu ion logam pusat dikenal
sebagai kompleks inti tunggal (mononuklir). Salah satu kompleks mononuklir
yang banyak diteliti adalah kompleks Fe(II) dengan ligan C14H10N2
(2,(2’-pyridyl)quinoline = pq) misalnya [Fe(pq)2(ClO4)2],
[Fe(pq)2(ClO4)2].H2O, [Fe(pq)2(H2O)Br]Br.H2O,
[Fe(pq)2(NCS)2], [Fe(pq)3](ClO4)2
1, [Fe(pq)3](ClO4)2.H2O
2, [Fe(pq)Cl2] 3. Ligan pq
merupakan ligan bidentat turunan bpy (2,2’-bipyridine = C10H8N2)
yang dihasilkan dari substitusi benzo dalam posisi cis. Ligan pq sangat
menarik karena pada beberapa kasus menghasilkan kekuatan medan sedang
yang dapat memberikan efek spin crossover.
Penelitian kompleks terus berkembang dari
kompleks inti tunggal mengarah pada kompleks yang memiliki dua ion logam
pusat yang dikenal sebagai kompleks berinti ganda (binuklir).
Pembentukan kompleks berinti ganda memerlukan ligan jembatan yang dapat
menghubungkan ion logam pusat yang satu dengan yang lainnya. Ion oksalat
(C2O42-) merupakan salah satu ligan jembatan
yang banyak digunakan akhir-akhir ini karena keunikannya yang dapat
menghasilkan struktur kompleks multidimensi (1, 2 atau 3 dimensi).
Selain itu ion oksalat dapat berperan sebagai mediator pertukaran
sifat magnet diantara ion-ion logam pusat. Beberapa senyawa kompleks
oksalat yang telah berhasil disintesis diantaranya; {[A][MIMIII(C2O4)3]}
dengan MI = Li, Na, MIII =
Cr, Fe, {[A][M2II(C2O4)3]}4
dengan MII = Mn, Fe dan {[A][MIIMIII(C2O4)3]}5
dengan MII = Mn, MIII = CrIII.
Pembentukan kompleks inti ganda [MnIICrIII(C2O4)3]-
dari kompleks [CrIII(C2O4)3]3-
dengan MnII dalam larutan air berlangsung melalui mekanisme
reaksi adisi:
[CrIII(C2O4)3]3-
(aq)
+ MnII(aq)
® [MnIICrIII(C2O4)3]-(aq)
2. 3. Ion logam dan ligand
Ion logam dalam senyawa kompleks disebut inti
logam, sedangkan partikel donor elektronnya disebut ligand. Jumlah lignand yang
dapat diikat oleh suatu ion logam disebut bilangan koordinasi. Besarnya
bilangan koordinasi biasanya berkisar pada 2, 4, 6, dan 8. Umumnya 4 atau 6.
Bilangan koordinat 4 dijumpai pada ion:
Be2+, Zn2+, Cd2+,
Hg2+, Pt2+, Pd2+, B3+, dan Al3+
Bilangan koordinat 6 dijumpai pada ion:
Fe2+, Co2+, Ni2+,
Al3+, Co3+, Fe3+, Cr3+, Tr3+,
Sn4+, Pb4+, Pt4+
Pengaruh ligan atom pusat pada warna senyawa
kompleks
Banyak kompleks logam transisi memiliki warna
yang khas. Hal ini berarti ada absorpsi di daerah sinar tampak dari elektron
yang dieksitasi oleh cahaya tampak dari tingkat energi orbital molekul kompleks
yang diisi elektron ke tingkat energi yang kosong. Bila perbedaan energi antar
orbital yang dapat mengalami transisi disebut ΔΕ, frekuensi absorpsi ν
diberikan oleh persamaan ΔΕ = hν. Transisi elektronik yang dihasilkan oleh
pemompaan optis (cahaya) diklasifikasikan secara kasar menjadi dua golongan.
Bila kedua orbital molekul yang memungkinkan transisi memiliki karakter utama
d, transisinya disebut transisi d-d atau transisi medanligan, dan panjang
gelombang absorpsinya bergantung sekali pada pembelahan medanligan. Bila satu
dari dua orbital memiliki karakter utama logam dan orbital yang lain memiliki
karakter ligan, transisinya disebut transfer muatan. Transisi transfer muatan
diklasifikasikan atas transfer muatan logam ke ligan (metal (M) to ligand (L)
charge-transfers (MLCT)) dan transfer muatan ligan ke logam (LMCT).
Karena analisis spektra kompleks oktahedral cukup mudah, spektra kompleks ini telah dipelajari dengan detail beberapa tahun. Bila kompleks memiliki satu elektron d, analisisnya sangat sederhana. Misalnya, Ti dalam [Ti(OH2)6] 3+ adalah ion d1, dan elektronnya menempati orbital t2g yang dihasilkan oleh pembelahan medan ligan oktahedral. Kompleksnya bewarna ungu akibat absorpsi pada 492 nm (20300 cm-1) berhubungan dengan pemompaan optis elektron d ke orbital eg. Namun, dalam kompleks dengan lebih dari satu elektron d, ada interaksi tolakan antar elektron, dan spektrum transisi d-d memiliki lebih dari satu puncak. Misalnya kompleks d3 [Cr(NH3)6]3+ menunjukkan dua puncak absorpsi d-d pada 400 nm (25000 cm-1), menyarankan bahwa kompleksnya memiliki dua kelompok orbital molekul yang memungkinkan transisi elektronik dengan probabilitas transisi uang besar. Hal ini berarti, bila tiga elektron di orbital t2g dieksitasi ke orbital eg, ada perbedaan energi karena interaksi tolakan antar elektron.
Jadi warna itu muncul akibat interaksi optis (pemompaan optis/cahaya) ligan dengan atom pusat setelah dalam bentuk senyawa kompleksnya
Karena analisis spektra kompleks oktahedral cukup mudah, spektra kompleks ini telah dipelajari dengan detail beberapa tahun. Bila kompleks memiliki satu elektron d, analisisnya sangat sederhana. Misalnya, Ti dalam [Ti(OH2)6] 3+ adalah ion d1, dan elektronnya menempati orbital t2g yang dihasilkan oleh pembelahan medan ligan oktahedral. Kompleksnya bewarna ungu akibat absorpsi pada 492 nm (20300 cm-1) berhubungan dengan pemompaan optis elektron d ke orbital eg. Namun, dalam kompleks dengan lebih dari satu elektron d, ada interaksi tolakan antar elektron, dan spektrum transisi d-d memiliki lebih dari satu puncak. Misalnya kompleks d3 [Cr(NH3)6]3+ menunjukkan dua puncak absorpsi d-d pada 400 nm (25000 cm-1), menyarankan bahwa kompleksnya memiliki dua kelompok orbital molekul yang memungkinkan transisi elektronik dengan probabilitas transisi uang besar. Hal ini berarti, bila tiga elektron di orbital t2g dieksitasi ke orbital eg, ada perbedaan energi karena interaksi tolakan antar elektron.
Jadi warna itu muncul akibat interaksi optis (pemompaan optis/cahaya) ligan dengan atom pusat setelah dalam bentuk senyawa kompleksnya
2.
3.2. Teori medan ligan
Teorimedan ligan adalah satu dari teori yang paling bermanfaat untuk menjelaskan struktur elektronik kompleks. Awalnya teori ini adalah aplikasi teorimedan kristal pada sistem kompleks.
Teorimedan ligan adalah satu dari teori yang paling bermanfaat untuk menjelaskan struktur elektronik kompleks. Awalnya teori ini adalah aplikasi teorimedan kristal pada sistem kompleks.
2. 3.2.1. Kompleks oktahedral berbilangan
koordinasi enam
Limaorbital d dalam kation logam transisi
terdegenerasi dan memiliki energi yang sama.
Medan listrik negatif yang sferik di sekitar
kation logam akan menghasilkan tingkat energi total yang lebih rendah dari
tingkat energi kation bebas sebab ada interaksi elektrostatik. Interaksi
repulsif antara elektron dalam orbital logam danmedanlistrik mendestabilkan
sistem dan sedikit banyak mengkompensasi stabilisasinya.
Kini ion tidak berada dalam medan negatif
yang uniform, tetapi dalam medan yang dihasilkan oleh enam ligan yang
terkoordinasi secara oktahedral pada atom logam. Medannegatif dari ligan
disebut dengan medanligan. Muatan negatif, dalam kasus ligannya anionik, atau
ujung negatif (pasangan elektron bebas) dalam kasus ligan netral, memberikan
gayatolakan pada orbital d logam yang anisotropik bergantung pada arah
orbital. Positisi kation logam dianggap pusat koordinat Cartesius. Maka,
orbital dx2-y2 dan dz2 berada searah dengan
sumbu dan orbital dxy, dyz, dan dxz
berada di antara sumbu. Bila ligan ditempatkan di sumbu, interaksi repulsifnya
lebih besar untuk orbital eg (dx2-y2, dz2)
daripada untuk orbital t2g (dxy, dyz,
dxz), dan orbital eg didestabilkan dan orbital t2g
distabilkan dengan penstabilan yang sama. Dalam diskusi berikut ini, hanya
perbedaan energi antara orbital t2g dan eg
sangat penting dan energi rata-rata orbital-orbital ini dianggap sebagai skala
nol. Bila perbedaan energi dua orbital eg dan tiga orbital t2g
dianggap ∆o, tingkat energi eg adalah +3/5∆o dan tingkat
energi orbital t2g adalah -2/5∆o (Gambar 6.6). (∆o
biasanya juga diungkapkan dengan 10 Dq. Dalam hal ini energi eg menjadi 6 Dq
dan energi t2g-4 Dq).
Ion logam transisi memiliki 0 sampai 10 elektron
d dan bila orbital d yang terbelah diisi dari tingkat energi
rendah, konfigurasi elektron t2gxegy
yang berkaitan dengan masing-masing ion didapatkan. Bila tingkat energi nol
ditentukan sebagai tingkat energi rata-rata, energi konfigurasi elektron relatif
terhadap energi nol adalah
LFSE = (-0.4x+0.6y)∆0
Nilai ini disebut energi penstabilan
medanligan (ligand field stabilization energy = LFSE). Konfigurasi
elektron dengan nilai LFSE lebih kecil (dengan memperhitungkan tanda minusnya)
lebih stabil. LFSE adalah parameter penting untuk menjelaskan kompleks logam
transisi.
Syarat lain selain tingkat energi yang
diperlukan untuk menjelaskan pengisian elektron dalam orbital t2g
dan eg adalah energi pemasangan. Bila elektron dapat
menempati orbital dengan spin antiparalel, namun akan ada tolakan elektrostatik
antar elektron dalam orbital yang sama. Tolakan ini disebut energi pemasangan (pairing
energy = P).
Bila jumlah elektron d kurang dari tiga,
energi pemasangan diminimasi dengan menempatkan elektron dalam orbital t2g
dengan spin paralel. Dengan demikian konfigurasi elektron yang dihasilkan
adalah t2g1, t2g2,
atau t2g3.
Dua kemungkinan yang mungkin muncul bila ada
elektron ke-empat. Orbital yang energinya lebih rendah t2g
lebih disukai tetapi pengisian orbital ini akan memerlukan energi pemasangan,
P.
Energi totalnya menjadi
-0.4∆o × 4 + p = -1.6∆o
+ P
Bila elektron mengisi orbital yang energinya
lebih tinggi eg, energi totalnya menjadi
-0.4∆o × 3 + 0.6∆o =
-0.6∆o
Konfigurasi elektron yang akan dipilih bergantung
pada mana dari keduanya yang nilainya lebih besar. Oleh karena itu bila ∆o
> P, t2g4 lebih disukai dan konfigurasi ini
disebut medan kuat atau konfigurasi elektron spin rendah. Bila ∆o
< P, t2g3 eg1
lebih disukai dan konfigurasi ini disebut medan lemah atau konfigurasi elektron
spin tinggi. Pilihan yang sama akan terjadi untuk kompleks oktahedral d5,
d6, dan d7 dan dalam medan kuat akan
didapat t2g5, t2g6, t2g6
eg1 sementara dalam medan lemah akan lebih stabil bila
konfigurasinya t2g3 eg2,
t2g4 eg2, t2g5
eg2. Parameter pemisahan medan ligan ∆o
ditentukan oleh ligan dan logam, sementara energi pemasangan, P, hampir konstan
dan menunjukkan sedikit ketergantungan pada identitas logam.
2.3.2.2. Ikatan σ
Orbital-orbital molekul yang dibentuk oleh
koordinasi dapat dilihat sebagai akibat dari donasi dua elektron oleh tiap-tiap donor σ
ligan ke orbital-d logam. Pada kompleks oktahedral,
ligan mendekat ke logam sepanjang sumbu x, y, dan z,
sehingga orbital simetri σ nya membentuk kombinasi ikatan dan anti-ikatan pada
orbital dz2 dan dx2−y2.
Orbital dxy, dxz dan dyz
yang tersisa menjadi orbital non-ikatan. Beberapa interaksi ikatan (dan
anti-ikatan) yang lemah dengan orbital s dan p logam juga
terjadi, menghasilkan total 6 orbital molekul ikatan (dan 6 orbital
anti-ikatan).
Ligand-Field scheme summarizing σ-bonding in
the octahedral complex [Ti(H2O)6]3+. Dalam
istilah simetri molekul, enam orbital pasangan
menyendiri ligan-ligan membentuk enam kombinasi linear simetri tersuai (Bahasa
Inggris: Symmetry adapated linear combination) orbital atau juga disebut
sebagai orbital kelompok ligan (ligand group orbitals). Representasi
taktereduksinya adalah a1g, t1u dan eg.
Logam juga mempunyai enam orbital valensi yang memiliki representasi taktereduksi yang sama, yaitu orbital s
berlabel a1g, orbital p berlabel t1u, dan
orbital dz2 beserta dx2−y2
berlabel eg. Enam orbital molekul ikatan σ dihasilkan oleh
kombinasi orbital SALC ligan dengan orbital logam yang bersimetri sama.
2.3.2.3. Ikatan π
Ikatan π pada kompleks oktahedral terbentuk
dengan dua cara: via orbital p ligan yang tidak digunakan pada ikatan σ,
ataupun via orbital molekul π atau π* yang terdapat pada ligan.
Orbital-orbital p logam digunakan untuk ikatan σ, sehingga interaksi π
terjadi via orbital d, yakni dxy, dxz
dan dyz. Orbital-orbital ini adalah orbital yang tidak
berikatan apabila hanya terjadi ikatan σ.
Satu ikatan π pada kompleks koordinasi yang
penting adalah ikatan π logam ke ligan, juga dikenal sebagai ikatan balik π. Ia terjadi ketika LUMO ligannya adalah orbital π*
anti-ikatan. Orbital-orbital ini berenergi sangat dekat dengan orbital-orbital dxy,
dxz dan dyz orbitals, sehingga mereka dapat
membentuk orbital ikatan. Orbital anti-ikatan ini berenergi lebih tinggi
daripada orbital anti-ikatan dari ikatan σ bonding, sehingga setelah orbital
ikatan π yang baru terisi dengan elektron dari orbital-orbital d logam,
ΔO meningkat dan ikatan antara ligan dengan logam menguat.
Ligan-ligan pada akhirnya memiliki elektron pada orbital molekul π*-nya,
sehingga ikatan π pada ligan melemah.
Bentuk koordinasi ikatan π yang lain adalah
ikatan ligan ke logam. Hal ini terjadi apabila orbital simetri- π p atau
orbital π pada ligan terisi. Ia bergabung dengan orbital dxy,
dxz dan dyz logam, dan mendonasikan
elektron-elektronnya, sehingga menghasilkan ikatan simetri-π antara ligan
dengan logam. Ikatan logam-ligan menguat oleh interaksi ini, namun orbital
molekul anti-ikatan dari ikatan ligan ke logam tidak setinggi orbital molekul
anti-ikatan dari ikatan σ. Ia terisi dengan elektron yang berasal dari orbital d
logam dan menjadi HOMO kompleks tersebut. Oleh karena itu, ΔO
menurun ketika ikatan ligan ke logam terjadi.
Stabilisasi yang dihasilkan oleh ikatan logam
ke ligan diakibatkan oleh donasi muatan negatif dari ion logam ke ligan. Hal
ini mengijinkan logam menerima ikatan σ lebih mudah. Kombinasi ikatan σ ligan
ke logam dan ikatan π logam ke ligan merupakan efek sinergi dan memperkuat satu sama
lainnya.
Karena enam ligan mempunyai dua orbital
simetri π, terdapat total keseluruhan dua belas orbital tersebut. Kombinasi
linear simetri tersuainya mempunyai empat degenerat triplet representasi
taktereduksi, salah satunya bersimetri t2g. Orbital dxy,
dxz dan dyz pada logam juga mempunyai
simetri ini, sehingga ikatan π yang terbentuk antara logam pusat dengan enam
ligan juga mempunyai simetri tersebut.
2.4. Sintesis senyawa kompleks
Banyak sintesis senyawa kompleks yang telah
dilakukan menghasilkan senyawa antara sebagai katalis yang dapat membantu dalam
reaksi-reaksi kimia. Salah satu senyawa yang dapat digunakan dalam sintesis
kompleks adalah ligan yang berasal dari basa Schiff, dimana senyawa kompleks
yang terbebtuk merupakan salah satu senyawa antara yang dapat digunakan untuk
bermacam penerapan ilmu, seperti dalam ilmu biologi, klinik dan analitik. Kerja
dan aktivitas obat menunjukkan kenaikan setelah dijadikan logam-logam transisi
terkhelat yang ternyata lebih baik daripada hanya menggunakan senyawa organik.
Logam-logam transisi seperti Mn(II), Cu(II)
merupakan asam yang baik dalam pembentukan senyawa kompleks dengan ligan basa
Schiff. Prinsip yang digunakan adalah prinsip reaksi kondensasi dimana dua atau
lebih molekul bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar, dengan atau
tanpa hilangnya suatu molekul kecil seperti reaksi pada ligan basa Schiff
turunanan dari karbazona dan anilina. Sintesis ligan basa Schiff melalui reaksi
kondensasi yang terjadi pada 1,5 dimethylkarbazona dan anilina, menunjukkan
bahwa keduanya mempunyai nitrogen dan oksigen yang merupakan donor karena
memiliki pasangan elektron bebas yang dapat disumbangkan dalam ikatan kovalen
koordinasi yang terbentuk dalam senyawa kompleks. Ligan inilah yang kemudian
akan diikatkan atau digabungkan dengan logam-logam transisi seperti Mn(II),
Cu(II) membentuk senyawa kompleks. Ligan yang terbentuk tergolong dalam ligan
multidentat atau ligan khelat, tergantung dari banyaknya tempat yang dapat
diikat oleh atom pusat.
Senyawa kompleks yang terbentuk dari ligan
basa Schiff dan ion logam transisi merupakan katalisator, dan dalam prosesnya
terjadi hibridisasi yang berbeda-beda untuk tiap logam. Struktur senyawa
kompleks dapat dijelaskan melalui teori ikatan valensi, teorimedankristal dan
teori orbital molekul.
2.5. Struktur Elektronik Kompleks
Diperlukan beberapa konsep untuk memahami
struktur, spektrum, kemagnetan, dan kereaktifan kompleks yang bergantung pada
konfigurasi elektron d. Khususnya, teori struktur elektronik sangat
penting.
Beberapa ligan dapat dideretkan dalam suatu
deret spektrokimia berdasarkan kekuatan medannya, yang tersusun sebagai berikut
: I- < Br- < S2- < SCN- <
Cl- < NO3- < F- < OH-<
Ox2- < H2O < NCS- < NH3 <
en < bipi < fen < NO2- < CN- <
CO, dengan Ox = oksalat, en =etilendiamin, bipi = 2,2’-bipiridin dan fen =
fenantrolin ( Huhey, 1993). Ligan NO2 dalam deret spektrokimia lebih
kuat dibandingkan ligan-ligan feroin (fenantrolin, bipiridin dan etilendiamin)
dan lebih lemah dari ligan CN.
2.6. Kegunaan senyawa kompleks
Sennyawa kompleks sebagai katalis
Studi mengenai senyawa kompleks logam
transisi menjadi sangat menarik terkait sifat kimianya yang dapat diaplikasikan
sebagai katalis. Sifat-sifat logam pusat seperti muatan, tingkatan oksidasi,
konfigurasi elektron dan geometri akan memberikan pengaruh pada reaktifitas
senyawa kompleks tersebut.
Katalis senyawa kompleks logam transisi dengan rumus umum [M(L)n]x[A]y dimana M adalah ion logam pusat, L adalah ligan lemah dan A adalah anion lawan berdaya koordinasi lemah atau sama sekali non koordinasi, beberapa diantaranya telah diaplikasikan sebagai katalis dalam reaksi kimia organik. Reaktifitas senyawa kompleks logam transisi ini sebagai katalis muncul disebabkan oleh karena dua hal. Pertama, ligan lemah yang terikat pada ion logam pusat dapat dengan mudah disubsitusi atau digantikan kedudukannya oleh substrat. Kedua, anion lawan yang berdaya koordinasi lemah atau sama sekali non koordinasi yang merupakan suatu asam lewis kuat, dapat meningkatkan keasaman lewis dari logam pusat. Keasaman diperlukan untuk menarik substrat agar terikat ke pusat aktif logam. Beberapa senyawa kompleks tembaga(II) seperti [Cu(NCCH3)6][B(C6F5)4]2 dan [Cu(NCCH3)6][BF4]2 dilaporkan telah berhasil disintesis dan diaplikasikan pada reaksi kimia organik seperti aziridinasi dan siklopropanasi berbagai senyawa olefin pada tempratur ruang baik pada fasa homogen maupun heterogen. Pada fasa homogen, katalis-katalis ini menunjukkan hasil yang memuaskan dengan rendemen hasil dan selektifitas yang tinggi. Sedangkan pada fasa heterogen katalis-katalis ini menunjukkan penurunan aktifitas setelah digunakan untuk beberapa kali reaksi. Meski demikian, katalis homogen masih memiliki beberapa kelemahan seperti sulitnya pemisahan dari produk, serta akumulasi logam dan ligan yang bersifat toksik dari senyawa komplek logam transisi yang dapat mecemari lingkungan
Katalis senyawa kompleks logam transisi dengan rumus umum [M(L)n]x[A]y dimana M adalah ion logam pusat, L adalah ligan lemah dan A adalah anion lawan berdaya koordinasi lemah atau sama sekali non koordinasi, beberapa diantaranya telah diaplikasikan sebagai katalis dalam reaksi kimia organik. Reaktifitas senyawa kompleks logam transisi ini sebagai katalis muncul disebabkan oleh karena dua hal. Pertama, ligan lemah yang terikat pada ion logam pusat dapat dengan mudah disubsitusi atau digantikan kedudukannya oleh substrat. Kedua, anion lawan yang berdaya koordinasi lemah atau sama sekali non koordinasi yang merupakan suatu asam lewis kuat, dapat meningkatkan keasaman lewis dari logam pusat. Keasaman diperlukan untuk menarik substrat agar terikat ke pusat aktif logam. Beberapa senyawa kompleks tembaga(II) seperti [Cu(NCCH3)6][B(C6F5)4]2 dan [Cu(NCCH3)6][BF4]2 dilaporkan telah berhasil disintesis dan diaplikasikan pada reaksi kimia organik seperti aziridinasi dan siklopropanasi berbagai senyawa olefin pada tempratur ruang baik pada fasa homogen maupun heterogen. Pada fasa homogen, katalis-katalis ini menunjukkan hasil yang memuaskan dengan rendemen hasil dan selektifitas yang tinggi. Sedangkan pada fasa heterogen katalis-katalis ini menunjukkan penurunan aktifitas setelah digunakan untuk beberapa kali reaksi. Meski demikian, katalis homogen masih memiliki beberapa kelemahan seperti sulitnya pemisahan dari produk, serta akumulasi logam dan ligan yang bersifat toksik dari senyawa komplek logam transisi yang dapat mecemari lingkungan
2.7. Warna kompleks logam transisi
Warna-warna cerah yang terlihat pada
kebanyakan senyawa
koordinasi
dapat dijelaskan dengan teori medan kristal ini. Jika orbital-d dari sebuah kompleks
berpisah menjadi dua kelompok seperti yang dijelaskan di atas, maka ketika
molekul tersebut menyerap foton dari cahaya tampak, satu
atau lebih elektron yang berada dalam orbital tersebut akan meloncat dari
orbital-d yang berenergi lebih rendah ke orbital-d yang berenergi
lebih tinggi, menghasilkan keadaam atom yang tereksitasi. Perbedaan energi
antara atom yang berada dalam keadaan dasar dengan yang berada dalam keadaan
tereksitasi sama dengan energi foton yang diserap dan berbanding terbalik
dengan gelombang cahaya. Karena hanya gelombang-gelombang cahaya (λ) tertentu
saja yang dapat diserap (gelombang yang memiliki energi sama dengan energi
eksitasi), senyawa-senyawa tersebut akan memperlihatkan warna komplementer
(gelombang cahaya yang tidak terserap).
Seperti yang dijelaskan di atas, ligan-ligan yang berbeda akan
menghasilkan medan kristal yang energinya berbeda-beda pula, sehingga kita bisa
melihat warna-warna yang bervariasi. Untuk sebuah ion logam, medan ligan yang
lebih lemah akan membentuk kompleks yang Δ-nya bernilai rendah, sehingga akan
menyerap cahaya dengan λ yang lebih panjang dan merendahkan frekuensi ν.
Sebaliknya medan ligan yang lebih kuat akan menghasilkan Δ yang lebih besar,
menyerap λ yang lebih pendek, dan meningkatkan ν. Sangtalah jarang
energi foton yang terserap akan sama persis dengan perbedaan energi Δ; terdapat
beberapa faktor-faktor lain seperti tolakan elektron dan efek Jahn-Teller yang akan mempengaruhi
perbedaan energi antara keadaan dasar dengan keadaan tereksitasi.
2.9.
Tinjauan analisis teorimedankristal
Menurut CFT, interaksi
antara logam transisi dan ligan diakibatkan oleh tarikan antara kation logam
yang bermuatan positif dan elektron bukan-ikatan ligan yang bermuatan negatif.
Teori ini dikembangkan menurut perubahan energi dari limadegenerat orbital-d ketika dikelilingi oleh
ligan-ligan. Ketika ligan mendekati ion logam, elektron dari ligan akan
berdekatan dengan beberapa orbital-d logam dan menjauhi yang lainnya,
menyebabkan hilangnya kedegeneratan (degeneracy). Elektron dari orbital-d
dan dari ligan akan saling tolak menolak. Oleh karena itu, elektron-d yang
berdekatan dengan ligan akan memiliki energi yang lebih besar dari yang
berjauhan dengan ligan, menyebabkan pemisahan energi orbital-d.
Pemisahan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
- sifat-sifat ion logam.
- keadaaan oksidasi logam. Keadaan oksidasi yang lebih besar menyebabkan pemisahan yang lebih besar.
- susunan ligan disekitar ion logam.
- sifat-sifat ligan yang mengelilingi ion logam. Efek ligan yang lebih kuat akan menyebabkan perbedaan energi yang lebih besar antara orbital 3d yang berenergi tinggi dengan yang berenergi rendah.
Struktur kompleks yang paling umum adalah oktahedon; dalam struktur ini, enam
ligan membentuk oktahedron di sekitar ion logam. Pada simetri oktahedron,
orbital-d akan berpisah menjadi dua kelompok energi dengan perbedaan
energi Δoct. Orbital dxy, dxz
dan dyz akan memiliki energi yang lebih rendah daripada
orbital dz2 and dx2-y2.
Hal ini dikarenakan orbital dxy, dxz dan dyz
memiliki posisi yang lebih jauh dari ligan-ligan, sehingga mendapatkan gaya
tolak yang lebih kecil. Kompleks tetrahedron juga merupakan struktur
yang umum; dalam struktur ini, empat ligan membentuk tetrahedron disekitar ion
logam. Dalam pemisahan medan kristal tetrahedron, orbital-d kembail
berpisah menjadi dua kelompok dengan perbedaan energi Δtet. Orbital dz2
dan dx2-y2 akan
memiliki energi orbital yang lebih rendah, dan dxy, dxz
dan dyz akan memiliki energi orbital yang lebih tinggi. Hal
bertolak belakang dengan struktur oktahedron. Selain itu, dikarenakan elektron
ligan pada simetri tetrahedal tidaklah berorientasi pada orbital-orbital-d,
pemisahan energi akan lebih kecil daripada pemisahan energi oktaherdal.
Struktur geometri datar persegi juga dapat dideskripsikan oleh CFT.
Besarnya perbedaan energi Δ antara dua
kelompok orbital tergantung pada beberapa faktor, seperti sifat-sifat ligan dan
struktur geometri kompleks. Beberapa ligan selalu menghasilkan nilai Δ yang
kecil, sedangkan beberapa lainnya akan selalu menghasilkan nilai yang lebih
besar. Alasan di balik perbedaan ini dapat dijelaskan dengan teori ligan medan. Deret spektrokimia adalah daftar-daftar ligan
yang disusun berdasarkan perbedaan energi Δ yang dihasilkan (disusun dari Δ
yang kecil ke Δ yang besar):
I− < Br− < S2− < SCN− < Cl− < NO3− < N3− < F− < OH− < C2O42− < H2O < NCS− < CH3CN < py < NH3 < en < 2,2′-bipiridina < phen < NO2− < PPh3 < CN− < http://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_monoksida”>CO
Keadaan oksidasi logam juga mempengaruhi
besarnya Δ antara aras energi (energy level) yang tinggi dan rendah. Semakin
tinggi keadaan oksidasi logam, semakin tinggi pula Δ. Kompleks V3+
akan memiliki Δ yang lebih besar dari kompleks V2+. Hal ini
dikarenakan perbedaan rapatan muatan yang mengijinkan ligan lebih dekat dengan
ion V3+ daripada ion V2+. Jarak antar ligan dan ion logam
yang lebih kecil akan menyebabkan nilai Δ yang lebih besar karena elektron
logam dan ligan lebih berdekatan, sehinggagaya tolak menolak menjadi lebih besa
2.9. Isomerisasi dalam senyawa kompleks
Ø Isomer ionisasi,
[PtCl2(NH3)4]Br2[PtBr2(NH3)4]Cl22.
Ø Isomer akua, [Cr(H2O)6]Cl3ungu[CrCl(H2O)5]Cl2.H2O
biruhijau[CrCl2(H2O)4]Cl.2H2O hijau3.
Ø Isomer koordinasi,
[Co(NH3)6][Cr(CN)6] dan[Cr(NH3)6][Co(CN)6]4.
Ø Isomer ikatan, ligannitro
–NO2nitrito–ONO,siano(CN-) isosiano(NC-),tiosianato(SCN-) isotiosianato(NCS-)
I.Senyawa kompleks
Senyawa
kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari ion logam dengan satu atau lebih
ligan. Interaksi antara logam dengan ligan - ligan dapat diibaratkan seperti
reaksi asam-basa lewis, di mana basa lewis merupakan zat yang mampu memberikan
satu atau lebih pasangan elektron (ligan)
Setiap ligan memiliki setidaknya satu pasang elektron bebas, tetapi ada juga ligan yang mempunyai dua pasang atau lebih elektron bebas.
seperti : H2 CH2 H2 (di etil diamin) bidentat
H2 H2CH2 H2CH2 H2 (dietilen triamin) polidentat
Atom logam baik dalam keadaan netral ataupun bermuatan positif bertindak sebagaiasma lewis (menerima pasangan elektron) sehingga ikatan yang terjadi antara logan dengan ligan umumnya merupakan ikatan kovalen koordinat, sehingga senyawa kompleks disebut juga senyawa koordinasi.
Atom adalah suatu ligan yang terikat langsung dengan atom pusat dikenal sebagai atom donor, contoh: nitrogen dalam ion kompleks [Cu(NH3)4]2+ merupakan atom donor. Senyawa-Senyawa kompleks memiliki bilangan koordinasi yang dapat diartikan sebagai bilangan yang dapat menunjukkan jumlah atom donor diseputar atom logam pusat dalam ion kompleks.
Ion-ion kompleks memiliki bilangan koordinat yang bermacam – macam
Contoh : Ion Kompleks Bilangan Koordinasi
Ag [NH3]+ 2
[Sn Cl3]- 3
[Fe Cl4]- 4
[Ni(CN)5]3- 5
[Fe(CN)6]3- 6
Ion dengan bilangan koordinasi 2 dan lebih besar dari 6 seperti 7,8 sangat jarang ditemukan. Yang paling umum dibicarakan adalah ion kompleks yang bilangan koordinasi 4 dan 6.
Setiap ligan memiliki setidaknya satu pasang elektron bebas, tetapi ada juga ligan yang mempunyai dua pasang atau lebih elektron bebas.
seperti : H2 CH2 H2 (di etil diamin) bidentat
H2 H2CH2 H2CH2 H2 (dietilen triamin) polidentat
Atom logam baik dalam keadaan netral ataupun bermuatan positif bertindak sebagaiasma lewis (menerima pasangan elektron) sehingga ikatan yang terjadi antara logan dengan ligan umumnya merupakan ikatan kovalen koordinat, sehingga senyawa kompleks disebut juga senyawa koordinasi.
Atom adalah suatu ligan yang terikat langsung dengan atom pusat dikenal sebagai atom donor, contoh: nitrogen dalam ion kompleks [Cu(NH3)4]2+ merupakan atom donor. Senyawa-Senyawa kompleks memiliki bilangan koordinasi yang dapat diartikan sebagai bilangan yang dapat menunjukkan jumlah atom donor diseputar atom logam pusat dalam ion kompleks.
Ion-ion kompleks memiliki bilangan koordinat yang bermacam – macam
Contoh : Ion Kompleks Bilangan Koordinasi
Ag [NH3]+ 2
[Sn Cl3]- 3
[Fe Cl4]- 4
[Ni(CN)5]3- 5
[Fe(CN)6]3- 6
Ion dengan bilangan koordinasi 2 dan lebih besar dari 6 seperti 7,8 sangat jarang ditemukan. Yang paling umum dibicarakan adalah ion kompleks yang bilangan koordinasi 4 dan 6.
II. Reaksi – Reaksi Senyawa Kompleks
a. Kestabilan Ion Kompleks
Reaksi kompleks diklasifikasikan kedalam reaksi substitusi ligan, reaksi konversi ligan dan reaksi redoks logam. Tetapi dalam hal ini yang dibahas adalah reaksi substitusi ligan.
Ion logam mengalami reaksi pertukaran (substitusi) ligan dalam larutan yang secara umum dapat ditulis dalam bentuk persamaan :
Ln Mx + Y ® Ln My + X
Laju reaksi ini sangat beragam, tergantung pada jenis ion logam dan ligannya.
Dalam konteks reaksi substitusi ligan, pengertian tentang kestabilan dan kecenderungan bereaksi adalah bersifat termodinamika.
Satu ukuran mengenai kecenderungan ion logam membentuk ion kompleks tertentu adalah konstanta pembentukan atau konstanta kestabilan (kf)
Konsep dan metode perhitungan konstanta pembentukan bertahap diusulkan oleh N.Bjerru (1941), dimana konstanta kesetimbangan penggantian ion terhidrasi M dengan ligan lain dalam larutan air adalah :
M + L ® ML Kf =
ML + L ® ML2 Kf =
MLn + L ® MLn+1 Kf =
Semakin besar harga Kf, semakin stabil ion kompleks.
Contoh : ion kompleks tetra sianonikelat II dikatakan stabil karena harga Kf besar yaitu : 1x1030
Ni2+ + 4 CN- ® [Ni (CN)4]2-
Dengan menggunakan ion sianida berlabel isotop radioaktif C-14 ion kompleks [Ni (CN)4]2- menunjukkan pertukaran ligan sangat cepat dalam larutan.
Kesetimbangan ini tercapai begitu spesi dicampurkan.
[Ni(CN)4]2- + 4 *CN- Û [Ni(*CN)4]2- + 4CN-
Dimana tanda asterisk (*) menyatakan atom C -14 kompleks seperti ion tetra siano nikelat II disebut kompleks labil sebab kompleks ini mengalami reaksi pertukaran ligan dengan cepat. Jadi spesi yang stabil seacara termodinamika (artinya : spesi yang konstanta pembentukannya besar) tidak selalu tidak reaktif.
Salah satu kompleks yang secara termodinamika tak stabil dalam larutan asam ialah [Cu (NH3)6]3+. Konstanta kesetimbangan untuk reaksi ini sekitar 1x1020.
[Co (NH3)6]3+ + 6H+ + 6H2O Û [Co (H2O)6]3+ + 6NH4+.
Ketika kesetimbangan tercapai, konsentrasi ion [Co (H2O)6]3+ sangat rendah. Ini merupakan satu contoh dari kompleks inert, yaitu kompleks yang mengalami reaksi pertukaran sangat lambat (supaya reaksinya selesai membutuhkan waktu dalam hitungan jam atau bahkan hari). Ini menunjukkan spesi yang tidak stabil secara termodinamika tidak selalu berarti reaktif sacara kimia.
a. Kestabilan Ion Kompleks
Reaksi kompleks diklasifikasikan kedalam reaksi substitusi ligan, reaksi konversi ligan dan reaksi redoks logam. Tetapi dalam hal ini yang dibahas adalah reaksi substitusi ligan.
Ion logam mengalami reaksi pertukaran (substitusi) ligan dalam larutan yang secara umum dapat ditulis dalam bentuk persamaan :
Ln Mx + Y ® Ln My + X
Laju reaksi ini sangat beragam, tergantung pada jenis ion logam dan ligannya.
Dalam konteks reaksi substitusi ligan, pengertian tentang kestabilan dan kecenderungan bereaksi adalah bersifat termodinamika.
Satu ukuran mengenai kecenderungan ion logam membentuk ion kompleks tertentu adalah konstanta pembentukan atau konstanta kestabilan (kf)
Konsep dan metode perhitungan konstanta pembentukan bertahap diusulkan oleh N.Bjerru (1941), dimana konstanta kesetimbangan penggantian ion terhidrasi M dengan ligan lain dalam larutan air adalah :
M + L ® ML Kf =
ML + L ® ML2 Kf =
MLn + L ® MLn+1 Kf =
Semakin besar harga Kf, semakin stabil ion kompleks.
Contoh : ion kompleks tetra sianonikelat II dikatakan stabil karena harga Kf besar yaitu : 1x1030
Ni2+ + 4 CN- ® [Ni (CN)4]2-
Dengan menggunakan ion sianida berlabel isotop radioaktif C-14 ion kompleks [Ni (CN)4]2- menunjukkan pertukaran ligan sangat cepat dalam larutan.
Kesetimbangan ini tercapai begitu spesi dicampurkan.
[Ni(CN)4]2- + 4 *CN- Û [Ni(*CN)4]2- + 4CN-
Dimana tanda asterisk (*) menyatakan atom C -14 kompleks seperti ion tetra siano nikelat II disebut kompleks labil sebab kompleks ini mengalami reaksi pertukaran ligan dengan cepat. Jadi spesi yang stabil seacara termodinamika (artinya : spesi yang konstanta pembentukannya besar) tidak selalu tidak reaktif.
Salah satu kompleks yang secara termodinamika tak stabil dalam larutan asam ialah [Cu (NH3)6]3+. Konstanta kesetimbangan untuk reaksi ini sekitar 1x1020.
[Co (NH3)6]3+ + 6H+ + 6H2O Û [Co (H2O)6]3+ + 6NH4+.
Ketika kesetimbangan tercapai, konsentrasi ion [Co (H2O)6]3+ sangat rendah. Ini merupakan satu contoh dari kompleks inert, yaitu kompleks yang mengalami reaksi pertukaran sangat lambat (supaya reaksinya selesai membutuhkan waktu dalam hitungan jam atau bahkan hari). Ini menunjukkan spesi yang tidak stabil secara termodinamika tidak selalu berarti reaktif sacara kimia.
b. Mekanisme Reaksi
Substitusi
Pemahaman efek ligan yang keluar (x) dan ligan yang masuk (y) pada laju substitusi dan spesi senyawa antara (intermediet) penting untuk mengelusidasi reaksi kompleks logam. Khususnya bermamfaat untuk merangkumkan struktur elektronik logamnya, stereo kimia kompleksnya dan korelasi antar parameter yang mewakili sterik senyawa dan laju reaksi. Umumnya mekanisme reaksi dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
1. Mekanisme disosiatif
2. Mekanisme asosiatif
3. Mekanisme pertukaran
1. Mekanisme Disosiatif
Reaksi substitusi yang sangat sensitif pada identitas ligan yang keluar (x) dan praktis tidak sensitif pada identitas ligan yang masuk.
Kompleks terdisosiasi, melepaskan ligan yang diganti kekosongan dalam kulit koordinasi lalu diisi ligan yang baru. Jalur ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
[L5MX]n+ X- + [L5M](n+1)+
[L5MY]n+
¯
Zat intermediat
¯
Zat intermediat
Hal
yang penting disini ialah, bahwa tahap pertama dimana X- dilepaskan berlangsung
relatif lambat, jadi menentukan laju berlangsungnya proses total dengan kata
lain sekali kompleks intermediet terbentuk akan seg bereaksi dengan ligan baru
Y- .
Mekanisme disosiatif sering dijumpai dalam kompleks heksakoordinat dimana proses melepaskan (eliminasi) X- diikuti dengan peningkatan spesi molekular dalam tahap senyawa intermediet, aktivasi entropinya (Ds) bernilai positif.
Dan terjadi penurunan bilangan koordinasi dispesi intermediet.
2. Mekanisme Asosiatif
Mekanisme disosiatif sering dijumpai dalam kompleks heksakoordinat dimana proses melepaskan (eliminasi) X- diikuti dengan peningkatan spesi molekular dalam tahap senyawa intermediet, aktivasi entropinya (Ds) bernilai positif.
Dan terjadi penurunan bilangan koordinasi dispesi intermediet.
2. Mekanisme Asosiatif
Laju
substitusi ligan kompleks bergantung pada ligan Y yang berkoordinasi dengan
logam pusat dan tidak sensitif pada ligan yang keluar (X). Dalam hal ini ligan
baru menyerang kompleks secara laangsung membentuk kompleks teraktifkan
berkoordinasi -7, yang kemudian melepaskan ligan yang ditukar. Hal ini dapat
ditunjukkan dalam skema.
[L5MX]n+ + Y- [L5MX]n+ + X-
Reaksi ini disertai reduksi spesi molekuler dalam tahap antara, dimana pengukuran termodinamikanya mengindikasikan entropi aktivasi bernilai negatif dan tejadii peningkatan bilangan koordinasi.
Reaksi substitusi asosiatif sering diamati pada senyawa seperti :
Kompleks Pt (II) planar tetra koordinat diman zat intermedietnya adalah kompleks penta koordinat bipiramidal segitiga, jika senyawa heksa koordinat, zat yang menjadi intermediet adalah komplek hepta koordinat.
3. Mekanisme Pertukaran
Reaksi berlangsung melalui mekanisme pertukaran, ketika koordinasi Y dan eliminasi X berlangsung bersamaan.
III. Pertukaran Air Dan Pembentukan Kompleks Dari Ion Akua
[L5MX]n+ + Y- [L5MX]n+ + X-
Reaksi ini disertai reduksi spesi molekuler dalam tahap antara, dimana pengukuran termodinamikanya mengindikasikan entropi aktivasi bernilai negatif dan tejadii peningkatan bilangan koordinasi.
Reaksi substitusi asosiatif sering diamati pada senyawa seperti :
Kompleks Pt (II) planar tetra koordinat diman zat intermedietnya adalah kompleks penta koordinat bipiramidal segitiga, jika senyawa heksa koordinat, zat yang menjadi intermediet adalah komplek hepta koordinat.
3. Mekanisme Pertukaran
Reaksi berlangsung melalui mekanisme pertukaran, ketika koordinasi Y dan eliminasi X berlangsung bersamaan.
III. Pertukaran Air Dan Pembentukan Kompleks Dari Ion Akua
Karena
kebanyakan reaksi diman kompleks terbentuk berlangsung dalam larutan air, salah
satu reaksi yang sangat mendasar untuk dibicarakan / dipahami adalah dimana
molekul – molekul air disekeliling kation dalam larutan air dipindahkan dari
kulit koordinasi dan diganti oleh atom ligan lain.
a. Reaksi penggantian ligan dalam kompleks oktahedral (bilangan koordinasi 6)
Pembentukan kompleks oktahedral satu ion logam dalam pelarut air dengan suatu ligan berlangsung melalui reaksi substitusi.
Tahapan atau mekanisme reaksi tergantung pada jenis ligan, jika ligan yang masuk monodentat berlangsung 6 tahap, jika ligan yang masuk bidentat ada 3 tahap dan jika ligan tridentat berlangsung 2 tahap
Contoh :
1). Kompleks [M(H2O)6]n+ pada saat kedalam larutan ditambahkan ligan monodentat tidak bemuatan, maka terjadi reaksi :
Tahap I :
[M(H2O)6]n+ + L ® [M(H2O)5L]n+ + H2O
Tahap II :
[M(H2O5]n+ + L ® [M(H2O)4L2]n+ + H2O
Reaksi ini terus berlangsung hingga ke enam H2O tersubstitusi dan dihasilkan kompleks [ML6]n+.
2). Jika ligan yang ditambah adalah ligan bidentat,maka pada setiap tahap ada 2 molekul air yang disubstitusi sehingga untuk menghasilkan kompleks [ML6]n+ ada 3 tahapan :
Tahap I :
[M(H2O)6]n+ + L ® [M(H2O)4L2]n+ + 2H2O
Tahap II :
[M(H2O)4 L2]n+ + L ® [M(H2O)2L4]n+ + 2H2O
Tahap III :
[M(H2O)2 L4]n+ + L ® [ML6]n+ + 2H2O
b. Reaksi Penggantian Ligan Dalam Kompleks Bujur Sangkar (Bilangan Koordinasi 4)
Bagi kompleks bujur sangkar, masalah mekanisme ternyata lebih langsung dan karena iru dapat dipahami lebih baik. Dalam kompleks tetra koordinasi lebih memungkinkan mekanisme yang terjadi adalah asosiatif.
Contoh :
Pt Ln Cl4-n + Y ® Pt Ln Cl3-nY + Cl-
Dimana telah ditemukan bagi deret 4 kompleks dimana L = NH3 dan Y = H2O. Beragam hanya oleh faktor 2. Ini merupakan keragaman yan menarik perhatian karena muatan kompleks berubah dari -2 ke +1 bila n berubah dari 0 ke 3. Pemutusan ikatan Pt – Cl menjadi lebih sulit dalam deret ini.
c. Efek Trans
Salah satu keistimewaan dari reaksi kompleks adalah reaksi pergantian ligan melalui efek trans. Reaksi pergantian ligan ini terjadi dalam kompleks oktahedral dan segiempat. Ligan-ligan yang menyebabkan gugus yang letaknya trans terhadapnya bersifat labil, dikatakan mempunyai efek trans yang kuat.
Dalam kompleks tetrakoordinat bujur sangkar khususnya platina (II), ligan yang berorientasi trans pada ligan yang keluar (X) menentukan laju substitusi (efek trans). Laju substitusi meningkat dengan peningkatan kemampuan akseptor p atau donor s ligan trans dalam urutan NH3 < Cl- < Br- < I- < NCS- < PR3 < CN- < CO.
a. Reaksi penggantian ligan dalam kompleks oktahedral (bilangan koordinasi 6)
Pembentukan kompleks oktahedral satu ion logam dalam pelarut air dengan suatu ligan berlangsung melalui reaksi substitusi.
Tahapan atau mekanisme reaksi tergantung pada jenis ligan, jika ligan yang masuk monodentat berlangsung 6 tahap, jika ligan yang masuk bidentat ada 3 tahap dan jika ligan tridentat berlangsung 2 tahap
Contoh :
1). Kompleks [M(H2O)6]n+ pada saat kedalam larutan ditambahkan ligan monodentat tidak bemuatan, maka terjadi reaksi :
Tahap I :
[M(H2O)6]n+ + L ® [M(H2O)5L]n+ + H2O
Tahap II :
[M(H2O5]n+ + L ® [M(H2O)4L2]n+ + H2O
Reaksi ini terus berlangsung hingga ke enam H2O tersubstitusi dan dihasilkan kompleks [ML6]n+.
2). Jika ligan yang ditambah adalah ligan bidentat,maka pada setiap tahap ada 2 molekul air yang disubstitusi sehingga untuk menghasilkan kompleks [ML6]n+ ada 3 tahapan :
Tahap I :
[M(H2O)6]n+ + L ® [M(H2O)4L2]n+ + 2H2O
Tahap II :
[M(H2O)4 L2]n+ + L ® [M(H2O)2L4]n+ + 2H2O
Tahap III :
[M(H2O)2 L4]n+ + L ® [ML6]n+ + 2H2O
b. Reaksi Penggantian Ligan Dalam Kompleks Bujur Sangkar (Bilangan Koordinasi 4)
Bagi kompleks bujur sangkar, masalah mekanisme ternyata lebih langsung dan karena iru dapat dipahami lebih baik. Dalam kompleks tetra koordinasi lebih memungkinkan mekanisme yang terjadi adalah asosiatif.
Contoh :
Pt Ln Cl4-n + Y ® Pt Ln Cl3-nY + Cl-
Dimana telah ditemukan bagi deret 4 kompleks dimana L = NH3 dan Y = H2O. Beragam hanya oleh faktor 2. Ini merupakan keragaman yan menarik perhatian karena muatan kompleks berubah dari -2 ke +1 bila n berubah dari 0 ke 3. Pemutusan ikatan Pt – Cl menjadi lebih sulit dalam deret ini.
c. Efek Trans
Salah satu keistimewaan dari reaksi kompleks adalah reaksi pergantian ligan melalui efek trans. Reaksi pergantian ligan ini terjadi dalam kompleks oktahedral dan segiempat. Ligan-ligan yang menyebabkan gugus yang letaknya trans terhadapnya bersifat labil, dikatakan mempunyai efek trans yang kuat.
Dalam kompleks tetrakoordinat bujur sangkar khususnya platina (II), ligan yang berorientasi trans pada ligan yang keluar (X) menentukan laju substitusi (efek trans). Laju substitusi meningkat dengan peningkatan kemampuan akseptor p atau donor s ligan trans dalam urutan NH3 < Cl- < Br- < I- < NCS- < PR3 < CN- < CO.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar