Jumat, 05 Desember 2014
lemaricinta
aneka lemari termodel didaerah yang dapat terjangkau,disinilah mreka mengembanngkan kemammpuanya unntuk mebuat sebuah lemari dengan teknik terbarukan
Jumat, 24 Januari 2014
UJIAN AKHIR SEMESTER,KIMIA ORGANIK FISIK
UJIAN
AKHIR SEMESTER
MATA
KALIAH : KIMIA ORGANIK FISIK
TANGGAL
: 23-01-2014
DOSEN
: Dr.Syamsurizal.M.Si
WAKTU
: Kamis Jam 09.00 WIB
sd Jum’at Jam 16.00 WIB
ANGGOTA
KELOMPOK:
-
Andrianto (F1C111044)
=
Berkontribusi soal no 4
-
Aris Munandar (F1C111004) =
Berkotribusi soal no 2
-
Iswandari (F1C111013)
=
Berkontribusi soal no 1
-
Milla yani (F1C111020)
=
Berkontribusi soal no 5
1.Cara
mengontrol laju reaksi dan termodinamik dalam pembuatan BOM TNT serta cara
mengendalikan ledakan menggunakan pendekatan kimia?
Trinitrotoluena
(TNT, atau Trotyl) adalah hidrokarbon beraroma menyengat berwarna kuning pucat
yang melebur pada suhu 354 K (178 °F, 81 °C).
Trinitrotoluena adalah bahan peledak yang
digunakan sendiri atau dicampur, misalnya dalam Torpex, Tritonal, Composition B atau Amatol. TNT tidak menyerap atau larut dalam
air, yang memungkinkan untuk digunakan secara efektif dalam lingkungan basah.
Selain itu, cukup stabil bila dibandingkan bahan peledak tinggi lainnya.
Struktur trinitrotoluena serbuk trinitrotoluena
TNT (Trinitrotoluene)
merupakan senyawa turunan benzena yang bersifat mudah meledak. Senyawa TNT
diperoleh melalui reaksi nitrasi toluena. TNT digunakan sebagai bahan peledak
untuk kepentingan militer dan pertambangan. Senyawa TNT (Trinitrotoluene)
dibuat dengan cara mereaksikan toluena dan asam nitrat pekat, serta dibantu
katalis asam sulfat pekat. Berikut reaksi pembentukan TNT.
Cara
mengontrol laju reaksi dalam pembuatan TNT dapat dilihat dari aspek – aspek
berikut :
1. Suhu
dan konsentrasi
Ketika suhu dinaikkan maka konsentrasi senyawa harus
rendah karena pada konsentrasi rendah senyawa memiliki jumlah partikel yang
sedikit sehingga proses gerakan
partikelnya cepat atau terjadi tumbukan antar partikel. Namun tumbukan yang
terjadi tidak terlalu kuat dikarenakan konsentrasi senyawa yang rendah sehingga
dalam kondisi yang seperti ini bisa dihasilkan produk yang stabil.
Sedangkan pada saat suhu diturunkan maka konsentrasi
senyawa harus tinggi karena pada konsentrasi tinggi senyawa memiliki jumlah
partikel yang banyak dan terjadi tumbukan yang sangat kuat antar partikel
sehingga dapat dihasilkan produk yang stabil. Namun jika digunakan suhu yang
tinggi maka tidak dihasilkan produk yang stabil karena tidak sesuai dengan
konsentrasi senyawa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi berbanding
terbalik dengan suhu.
2. Suhu
dan tekanan
Pada saat suhu tinggi maka tekanan harus dinaikkan,
namun pada kondisi ini bisa menyebabkan ledakan. Untuk menghindari ledakan
tersebut maka volume wadah harus diperbesar. Begitu juga ketika suhu rendah
maka tekanan juga harus rendah. Namun dalam kondisi ini volume wadah tidak
perlu diperbesar karena senyawa melakukan penyesuaian dengan sendirinya. Dalam
hal ini suhu berbanding lurus dengan dengan tekanan.
#
Cara mengontrol termodinamika dalam pembuatan TNT adalah sebagai berikut :
Setiap
partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan temperatur, energi gerak atau energi
kinetik molekul akan bertambah, sehingga tumbukan lebih sering terjadi. Itulah
sebabnya reaksi kimia berlangsung lebih cepat pada temperatur yang lebih tinggi.
Disamping itu,
temperatur juga memperbesar energi potensial dari suatu zat. Zat yang energi
potensialnya kecil jika bertumbukan sukar menghasilkan reaksi karena sukar
melampaui energi pengaktifan. Dengan naiknya temperatur, energi potensial zat
akan menjadi lebih besar sehingga jika bertumbukan akan menghasilkan reaksi.
#Pendekatan kimia yang
dapat digunakan untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya ledakan adalah :
1.
Konsentrasi.
Makin
besar konsentrasi makin
banyak zat-zat yang bereaksi sehingga makin besar kemungkinan terjadinya tumbukan dengan
demikian makin besar pula kemungkinan terjadinya reaksi.
2.
Temperatur.
Penambahan
tekanan dengan memperkecil
volume akan memperbesar konsentrasi dengan demkian
dapat memperbesar laju
reaksi.
3.
dan
katalis. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi
yang permanen, dengan kata lain
pada akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama
seperti sebelum reaksi. Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan
reaksinya (mempercepat reaksi) dengan jalan
memperkecil energi
pengaktifan suatu reaksi
dan dibentuknya tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi
pengaktifan maka pada
suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih
cepat.
2.Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengendalikan laju propagasi reaksi, dan contoh
reaksinya?
Dalam pertanyaan no 2 ini tentang upaya
mengendalikan laju propagasi reaksi, sebelum ke propagasi, propagasi ini bagian
dari tahap polimerisasi. Jadi sebelum ke propagasi terlebih dahulu bahas
inisiasi, Inisiasi
adalah tahap pembentukan awal radikal-radikal bebas. Hal ini menyebabkan jumlah
radikal bebas meningkat pesat. Setelah mengetahui tahap awal pembentukan
radikal bebas maka tahap selanjutnya adalah propagasi. Propagasi adalah reaksi
yang melibatkan radikal bebas yang mana jumlah radikal bebas akan tetap sama.
Untuk penjelasan tentang ini dapat kita ambil dari contoh berikut:
Diasumsikan
bahwa reaktivitas radikal tidak tergantung pada panjang rantai, sehingga semua
tahap propagasi dapat dikarakterisasi dengan menggunakan konstanta laju reaksi
yang sama, yaitu kp.
Laju reaksi propagasi overall dapat dinyatakan
dengan:
Rp = kp
[M] [M•]
Dimana:
[M] = Konsentrasi monomer
[M•] = Konsentrasi radikal rantai dengan ukuran RM•
dan yang lebih besar.
Dari persamaan diatas dapat diketahui
cara mengendalikan atau mengontrol laju propagasi dimana jika kita menginginkan
laju reaksi (kp) besar maka kita akan mengatur nilai (Rp)
diperbesar. Dalam hal ini konsentrasi monomer dan konsentrasi radikal rantai
dengan ukuran RM• juga berpengaruh dalam proses pengendalian laju
propagasi. Contoh reaksinya:
Contoh
reksi disini akan dimulai dari tahap inisiasi:
(Pemutusan homolitik) Inisiasi
|
Selanjutnya
untuk tahap propagasi:
(Penentu
reaksi total) Propagasi
|
Tahap 3: CH3• + Cl2 ¾® CH3Cl + Cl•
Total : CH4 + Cl2 ¾® CH3Cl + HCl
4. Pembuatan senyawa 3-metil heksanol dengan etana sebagai bahan dasar
Disini jawaban no 4 akan
mencoba membuatnya dari reaksi pembuatan alkana dengan basa sehingga
menghasilkan alkohol (3-metil-heksanol).
1. 1, Mereaksikan
metana dengan larutan basa (NaOH) sehingga menghasilkan metanol.
2. 2, Mereaksikan metanol dengan heksana sehingga menghasilkan 3-metil-heksanol.
CH3
CH3 – CH2 – CH2 – CH - CH2 – CH2
– OH
3-metil heksanol
5. Peran kimia organik
fisik dalam menjelaskan kemudahan suatu senyawa organik mengalami sublimasi,
dan contoh senyawa organik?
Sublimasi adalah
proses dari perubahan benda padatan langsung menjadi uap tanpa melalui bentuk
cair dan setelah mengalami pendinginan langsung terkondensasi menjadi padatan
kembali. Untuk memisahakan senyawa
dengan tehnik sublimasi zat terlarut yang di gunakan harus memiliki perbedaan
titik didih yang tinggi sehingga dapat menghasilkan suatu uap dengan kemurnian
yang tinggi. Disini ,peran dari kimia organik fisik dalam menjelaskan kemudahan
suatu senyawa organik yang mengalami sublimasi adalah dengan cara mengontrol
termodinamikanya. Yang mana suhu berpengaruh dalam mempercepat reaksi sublimasi
dengan menghasilkan suatu senyawa yang memiliki kemurnian yang tinggi. Pada proses sublimasi, senyawa/padatan yang
akan di sublimasi biasanya dari wujud padat ke gas membutuhkan wujud antara,
jadi untuk mempercepat terjadinya reaksi/ perubahan wujud dari padat langsung
ke wujud gas maka di berikan kenaikan suhu dengan cara di lakukan pemanasan.
Jadi peran kimia organik fisik di sini
adalah dengan cara mengontrol
termodinamikanya agar terjadi reaksi dengan cepat tanpa melalui reaksi antara.
Selain itu ada senyawa yang langsung mengalami perubahan fasa ke fasa gas tanpa
melalui wujud antara yaitu senyawa pada tekanan dan pada temperatur tertentu.
Contohnya kapur barus, iodium, naftalen.
Selasa, 14 Januari 2014
PEMBENTUKAN IKATAN C-C
PEMBENTUKAN
IKATAN C-C
Ikatan
c-c adalah ikatan
kovalen antara dua atom karbon. Bentuk yang paling umum adalah ikatan kovalen -
ikatan yang terdiri dari dua elektron.
Obligasi terdiri dari dua elektron , satu dari masing-masing dua atom . ikatan c-c tunggal adalah ikatan sigma dan dikatakan terbentuk antara satu
hibridisasi orbital dari masing-masing atom karbon . Dalam etana , orbital sp3
adalah hibridisasi orbital , tetapi ikatan tunggal terbentuk antara atom karbon
dengan hibridisasi lain memang terjadi ( misalnya sp2 ke sp2
). Bahkan, atom karbon dalam ikatan tunggal tidak perlu dari hibridisasi yang
sama. Etana, C2H6, merupakan contoh paling sederhana dari
molekul yang mengandung ikatan karbon-karbon.
Pada pembentukan ikatan c-c, reaksi yang digunakan dalam sintesis organik dapat digolongkan
menjadi dua golongan:
Pembentukan ikatan
C-C
1) Melalui reaksi radikal bebas
1) Melalui reaksi radikal bebas
Pembentukan ikatan C-C melalui
reaksi radikal bebas terkait dengan reaksi dimerisasi, misalnya pada contoh
berikut ini :
2) Melalui reaksi antara C+ dengan C-
HIPERKONJUGASI
HIBRIDISASI atom C ada tiga macam
yaitu: (1) hibridisasi sp3 misalnya pada metana ( C-C ), (2) hibridisasi sp2
misalnya pada etena ( C=C ), (3)
hibridisasi sp misalnya pada etuna (C=C).
Karbon memiliki karakteristik unik
di antara seluruh elemen dalam membentuk ikatan panjang atomnya sendiri.
Ikatan C – C terbentuk apabila mengikat atom lagi dengan ikatan Rangkap 2 atau 3.Inilah
Yang dinamakan HIPERKONJUGASI.
HIPERKONJUGASI
merupakan
delokalisasi yang melibatkan elektron σ. Hiperkonjugasi dapat dipandang sebagai
overlap antara orbital σ ikatan C-H dengan orbital π ikatan C=C, analog dengan
overlap π-π. Hiperkonjugasi disebut juga resonansi tanpa ikatan. Secara singkat
efek hiperkonjugasi merupakan perubahan dari suatu ikatan C-H menjadi ikatan
C=C atau C≡C oleh Hα. Hiperkonjugasi dapat meningkatakan kestabilan molekul
dengan semakin banyaknya Hα maka suatu molekul tersebut akan semakin stabil.
Adalah ikatan C – C
apabila mengikat atom lagi dengan ikatan. Rangkap 2 atau 3 C-C
kecil dari pada C-C perhitungan karena adanya pengaruh ikatan rangkap dua atau
tiga yaitu elektron. atau pengaruh
hiperkonjugasi. Terjadi semacam resonansi. Gejala ini disebut hiperkonjugasi yaitu karena adanya
pergeseran elektron sehingga tidak berikatan secara parsial (atom H berdekatan) “no bond resonance”
sehingga sering pula disebut konjugasi. Seakan-akan mirip jarak
ikatan rangkap tetapi tidak 100% hanya diantaranya.
Diskusi umum :
Bagaimanakah penjelasan pembentukan adanya
ikatan c-c pada radikal bebas ?
Langganan:
Postingan (Atom)